Biaya Hidup Mahasiswa Rantau di Bandung: Antara Gaya Hidup dan Kebutuhan Dasar | IVoox Indonesia

June 22, 2025

Biaya Hidup Mahasiswa Rantau di Bandung: Antara Gaya Hidup dan Kebutuhan Dasar

220625-Mhs nugas di kafe5
ILUSTRASI - Masa kuliah menjadi fase penting bagi mahasiswa untuk mulai mengatur keuangan secara mandiri. IVOOX.ID/AI

IVOOX.id - Bandung, sebagai kota metropolitan terbesar di Jawa Barat, menjadi salah satu tujuan utama mahasiswa dari berbagai daerah untuk menempuh pendidikan tinggi.

Namun, di balik pesonanya sebagai kota pelajar, Bandung juga menuntut kesiapan finansial yang tidak sedikit, terutama bagi mahasiswa rantau.

Riset yang dilakukan oleh Unit Riset dan Pemasaran Digital Telkom University terhadap 101 mahasiswa dari tujuh fakultas menunjukkan bahwa lima faktor utama yang memengaruhi biaya hidup mahasiswa adalah gaya hidup (31,3%), harga makanan (27,1%), aktivitas/komunitas (15%), lokasi tempat tinggal (13,9%), dan transportasi (10,5%). Fakta ini menunjukkan bahwa pilihan gaya hidup menjadi penentu utama pengeluaran mahasiswa, lebih besar daripada kebutuhan pokok lainnya.

“Gaya hidup ini mencakup pilihan sehari-hari, mulai dari ngopi, nongkrong, belanja, sampai ikutan kegiatan di luar kampus,” demikian disampaikan dalam laporan Telkom University, diakses Kamis, 19 Juni 2025.

Mayoritas mahasiswa tinggal di sekitar area kampus, dengan 43,56% tinggal di kos dan 36,6% di asrama kampus. Sementara itu, kebutuhan dasar seperti tempat tinggal, makan, dan transportasi menjadi pengeluaran utama. Rata-rata biaya tempat tinggal per bulan adalah Rp725.000, sedangkan untuk makan dan minum mencapai Rp1.300.000—komponen pengeluaran terbesar secara keseluruhan. 

Transportasi membutuhkan anggaran sekitar Rp250.000 per bulan, tergantung pada jarak tempat tinggal ke kampus. Biaya untuk keperluan kesehatan juga perlu disiapkan, dengan rata-rata Rp120.000 per bulan. Sementara itu, keperluan pribadi seperti sabun, pulsa, dan cetak tugas menambah beban sekitar Rp300.000, dan biaya buku serta alat tulis Rp100.000 per bulan.

Kebutuhan hiburan pun cukup signifikan, yaitu sebesar Rp670.000 per bulan. Biaya ini sangat bergantung pada pola hidup dan frekuensi mahasiswa dalam menikmati waktu luang.

Uang bulanan yang diterima mahasiswa dari orang tua rata-rata sebesar Rp1.900.000. Namun, sebagian mahasiswa memperoleh tambahan penghasilan sekitar Rp350.000 dari pekerjaan sampingan. Ada pula yang menerima subsidi pendidikan dari beasiswa dengan rata-rata sebesar Rp5.100.000 per semester.

Dalam menghadapi tingginya biaya hidup, beberapa mahasiswa menyarankan langkah penghematan, seperti memasak sendiri, membawa bekal, serta memanfaatkan promo saat berbelanja. Ada pula yang memilih berjalan kaki atau bersepeda untuk mengurangi biaya transportasi.

Pola Pengeluaran Mahasiswa

Masa kuliah menjadi fase penting bagi mahasiswa untuk mulai mengatur keuangan secara mandiri. “Mahasiswa harus dapat mengatur keuangan mereka sendiri dan bertanggung jawab atas keputusan mereka,” tulis Dina Ilham Nurjanah dan rekan dalam SOSIOSAINTIKA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial (2023).

Dalam kajian tersebut dijelaskan bahwa mahasiswa sering kali menghadapi masalah keuangan karena belum memiliki pendapatan tetap dan masih bergantung pada kiriman dari orang tua.

Konsumsi mahasiswa terbagi ke dalam dua kategori besar, yaitu konsumsi makanan dan nonmakanan. Konsumsi makanan meliputi kebutuhan pangan sehari-hari, sedangkan konsumsi nonmakanan mencakup perumahan, transportasi, pendidikan, kesehatan, dan hiburan.

Penelitian juga mengungkapkan, mahasiswa sering kali mengalokasikan uang untuk kebutuhan tambahan, seperti membeli pakaian, gawai, hingga kegiatan rekreasi, selain untuk keperluan pokok.

“Mahasiswa sekarang mengeluarkan uang untuk memenuhi kebutuhan tambahan daripada hanya untuk membeli dan memenuhi kebutuhan pokok,” jelas Muhammad Zaid Nuriyanto (2019), dikutip dari jurnal yang sama.

Sebagian besar mahasiswa masih bergantung pada kiriman uang bulanan, dan cara mereka mengatur pengeluaran sangat ditentukan oleh pengetahuan serta kebiasaan finansial masing-masing. “Perbedaan perilaku ini akan menentukan penentuan keuangan (financial setting), yang berbeda untuk setiap orang,” tulis Suryanto (2017).

Faktor tempat tinggal juga memengaruhi jumlah pengeluaran. Mahasiswa yang tinggal di kos atau kontrakan cenderung memiliki beban keuangan berbeda dibandingkan dengan yang tinggal bersama orang tua.

Secara umum, pengeluaran mahasiswa mencerminkan kebutuhan dasar sekaligus kebutuhan gaya hidup. Pengelolaan secara bijak menjadi kunci agar mahasiswa tidak hanya mampu bertahan secara finansial, tetapi juga mampu menata masa depan mereka dengan lebih baik.


Penulis: Diana

Kontributor

0 comments

    Leave a Reply