Naskah Pecenongan Memuat Hikayat, Cerita Panji hingga Wayang | IVoox Indonesia

June 14, 2025

Naskah Pecenongan Memuat Hikayat, Cerita Panji hingga Wayang

naskah kuno pada pameran naskah Pecenongan sastra Betawi
Pengunjung mengamati naskah kuno pada pameran naskah Pecenongan sastra Betawi akhir abad ke-19 di Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (11/7). Sebanyak 26 karya dari 31 jilid naskah Pecenongan koleksi Perpunas dipamerkan di galeri tersebut yang diharapkan dapat menarik perhatian dan minat budayawan serta masyarakat untuk memahami, mempelajari serta mengungkap warisan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

IVOOX.id – Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta, Nasruddin Djoko Surjono menjelaskan Naskah Pecenongan memuat hikayat, cerita panji hingga wayang dan merupakan sebuah warisan tertulis yang merekam dinamika sosial, budaya, dan literasi masyarakat Betawi.

"Naskah Pecenongan merupakan sastra Betawi akhir abad ke-19 yang di dalamnya berisi tentang cerita petualangan, hikayat-hikayat, wayang misalnya Arjuna, syair-syair" kata dia dalam kegiatan diseminasi Naskah Ingatan Kolektif Nasional "Menuju 500 Tahun Jakarta: Warisan Naskah Pecenongan sebagai Cermin Literasi, Budaya, dan Identitas Kota Global" di Jakarta, Kamis (12/6/2025).

Naskah Pecenongan, kata Nasruddin, ditulis memakai aksara Arab, dan bahasa Melayu, merupakan peninggalan tertulis masa lalu dalam bentuk naskah kuno manuskrip.

Ini menjadi salah satu warisan dokumenter DKI Jakarta yang diwariskan tokoh Muhammad Bakir dari abad ke 19 hingga 20 yang berisi dinamika budaya dan keilmuan di Batavia pada masa lalu.

Dia mengatakan mengacu kepada peraturan tentang perpustakaan yang tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 mewajibkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk melestarikan naskah kuno, termasuk Naskah Pecenongan dengan mendaftarkannya ke Perpustakaan Nasional.

"Dalam rangka penyimpanan, perawatan, pelestarian, dan memanfaatkan naskah-naskah Nusantara, menyelamatkan naskah dari ancaman bahaya sehingga perlu didaftarkan pada perpustakaan nasional atau perpustakaan provinsi," jelas Nasruddin.

Adapun saat ini, Pemprov DKI Jakarta mengusulkan Naskah Pecenongan menjadi salah satu Ingatan Kolektif Nasional dari Jakarta dan bahkan warisan dokumenter dunia atau "Memory of the World" (MoW) UNESCO. Ini bertujuan agar menjadi pengingat sejarah untuk masyarakat, memperkuat jati diri dan keberlangsungan bangsa di masa depan serta melindungi dan melestarikan warisan dokumenter dengan aksesibilitas universal dan permanen.

"Semoga Naskah Pecenongan dapat ditetapkan sebagai ingatan kolektif nasional di tahun 2025, serta UNESCO Member of the World di masa yang akan datang," ujar Nasruddin.

Pecenongan sebagai Pusat Literasi

Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara, Perpustakaan Nasional, Yeri Nurita mengungkapkan Pecenongan, Jakarta Pusat bukan sekedar pusat kuliner tetapi berdasarkan sejarah Jakarta terdapat jejak literasi di masa kolonial (pendudukan Belanda).

"Kawasan ini bukan hanya dikenal sebagai pusat kuliner dan sejarah urban Jakarta, tetapi juga menyimak jejak literasi dan peradaban yang telah tumbuh sejak masa kolonial hingga pascakemerdekaan," ujar dia dalam kegiatan diseminasi Naskah Ingatan Kolektif Nasional "Menuju 500 Tahun Jakarta: Warisan Naskah Pecenongan sebagai Cermin Literasi, Budaya, dan Identitas Kota Global" di Jakarta, Kamis (12/6/2025), dikutip dari Antara.

Naskah Pecenongan merupakan sebuah warisan tertulis yang merekam dinamika sosial, budaya, dan literasi masyarakat Betawi. Naskah ini diwariskan tokoh Muhammad Bakir dari abad ke-19 hingga 20.

Naskah tersebut menjadi salah satu kekayaan literasi yang dimiliki DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Indonesia.

Karena itu, saat ini dilakukan berbagai diskusi yang menghadirkan para akademisi dan pakar untuk menyingkap bagaimana teks-teks kuno yang lahir dari jantung kota Jakarta dapat merefleksikan dinamika kehidupan masyarakatnya dari masa ke masa, baik dalam aspek keagamaan, sosial, maupun pemikiran lokal yang menjadi fondasi identitas kota.

Kegiatan tersebut juga menyisipkan pengusulan Naskah Pecenongan menjadi salah satu Ingatan Kolektif Nasional (IKON) dari Jakarta dan bahkan warisan dokumenter dunia atau "Memory of the World" (MoW) UNESCO.

"Ini momentum penting untuk menemukan kembali rasa kepemilikan kolektif terhadap warisan naskah Nusantara. Harapannya naskah-naskah Pecenongan dapat tidak hanya dikenal sebagai artefak masa lalu, tetapi juga dihidupkan kembali sebagai sumber inspirasi bagi generasi masa kini dan mendatang," jelas Yeri.

Adapun IKON merupakan program strategis Perpustakaan Nasional untuk merekam, mendokumentasikan, dan mengangkat naskah kuno sebagai bagian penting dari warisan intelektual dan kultural bangsa.

Tahun ini, DKI Jakarta menjadi salah satu dari tiga lokus prioritas Program IKON karena memiliki warisan tradisi pernaskahan dan potensinya secara nasional.

Selain itu juga tersedianya ekosistem pernaskahan ditandai dengan adanya komunitas maupun akademisi yang menggeluti naskah setempat dan adanya dukungan nyata dari para pemangku kepentingan daerah khususnya dinas perusahaan maupun dinas-dinas terkait lainnya.

"Tahun ini, Perpustakaan Nasional memberikan dukungan penyelenggaraan IKON kepada tiga provinsi, yaitu DKI Jakarta, Lampung, dan Jawa Timur," kata Yeri.

0 comments

    Leave a Reply